Awal mula berdirinya pondok maduqu itu ketika Al-Ustad Abdul Qodir hendak mendirikan rumah beliau, beliaupun mengundang guru beliau yaitu Al Habib Baghir bin Sholeh Mauladdawilah dan KH Muhammad Basori Alwi Murtadho untuk didoakan oleh beliau dengan mengharapkan keberkahan dari guru-gurunya.
Kemudian Abah yai ( KH Basori Alwi ) mengatakan dan mendoakan untuk rumah itu agar dibangunkan sebuah pondok. kemudian Ustad Abdul Qodir mengaminkan doa dari gurunya tersebut, yang aslinya beliau itu tidak mempunyai keinginan sama sekali untuk mendirikan sebuah pondok pesantren, akan tetapi beliau tetap mengaminkan doa dari gurunya tersebut karena sebagai bentuk rasa taqdim (taat) beliau terhadap gurunya tersebut.
Akan tetapi karna faktor biaya, pembangunan tersebut terhenti dan dilanjutkan kembali pada tahun 2009, dan rumah tersebut beliau tempati meskipun pembangunannya belum seratus persen selesai, sebelum beliau menempati rumah tersebut, beliau memutuskan untuk sowan kepada guru beliau (KH Basori Alwi) dan sekaligus meminta nama kepada guru beliau untuk Majelis Ta’lim yang ingin beliau dirikan, atas usulan dari guru beliau yaitu KH Luthfi Basori sekaligus ingin pamit boyong kepada guru beliau. Setelah sowan kepada abah yai, abah yai mengatakan kepada beliau “ tak jenengi pondok ae”, saat itu ustad qodir tidak percaya diri dan berkata kepada abah yai “mboten enten santrine yai” kemudian abah yai mengatakan “ gelem nggak awakmu tak dungakno”, sebagai santri beliau langsung mengiyakan perihal tersebut, abah yai langsung mendoakan beliau agar membangun pesantren.
Dan beliau juga meminta doa kepada warga dan kerabat beliau saat peresmian rumah itu, pada saat peresmian tersebut abah yai mengatakan kepada masyarakat bahwasanya dirumah tersebut akan di bangun sebuah pesantren sekaligus memberi nama pesantren tersebut dengan nama pesantren ma’hadil qur’an al-qodiri yang disingkat MQA, setelah peresmian tersebut ada santri yang yang dikeluarkan dari PIQ (Pesanten Ilmu al Quran) dan mendaftarkan dirinya ke MQA dan saat itu beliau mempunyai satu santri yang tetap dan 3 santri sementara yang diskors dari PIQ, karena tidak ada kamar santri beliau dititipkan sama beliau kepada mertua beliau yang jarak rumah mertua beliau sama pondok kurang lebih sekitar 200 meter.
Dan pondok tersebut berjalan mulai 2009, kemudian pada saat itu terbangunlah satu kamar di pondok tersebut, yang awalnya beliau ingin membangun sarang walet akan tetapi allah bekehendak lain karena walet tidak pernah singgah disana dan akhirnya sarang walet itu baliau bongkar dan baliau mengganti sarang walet itu dengan 1 kamar yang dibuat untuk santri tempati, kamar tersebut berukur kurang lebih lebarnya 2.5 meter dan panjangnya 4 meter yang dapat menampung 6 orang santri.
Pondok MQA itu dulunya dibuat untuk santri yang bermasalah yang harus di keluarkan sementara atau bahkan dikeluarkan secara permanen dari pondoknya yang dulu, beliau berfokus untuk memperbaiki santri yang bermasalah tersebut agar berguna dan dapat menjadi orang yang bermanfaat ketika santri tersebut terjun ke masyarakat dan pondok MQA dulu mendapat julukan pondok daur ulang karena banyak alumni dari MQA itu yang awalnya anaknya itu bermasalah itu sekarang sudah bisa berangkat atau meneruskan pendidikannya ke luar negri.
Dan pondok itu berjalan mulai 2009 sampai 2015, pada saat itu beliau berkeinginan membangun pondok yang lebih serius karena beliau dapat hibah tanah dari mertua beliau untuk dibangunkan sebuah pesantren, tanah tersebut bertempat disebelah rumah beliau persis yang panjangnya kurang lebih 26 meter dan lebarnya 5 meter persegi, pada saat mau membangun pesantren beliau bingung karena beliau ada keinginan untuk umroh, beli mobil dan bangun pesantren, dan walhasil beliau memutuskan untuk membangun sebuah pesantren, beliau memulai membangun pesantren pada tahun 2017 dan pesantren pun jadi akan tetapi bangunannya belum jadi sepenuhnya sehingga disana beliau cuman membangun aula dan kamar mandi saja.
Pada saat itu beliau masih mempunyai 2 santri saja, ketika peresmian pondok beliau kembali mengundang gurunya yaitu abah yai untuk meresmikan pondok tersebut dan meminta agar nama pondok yang awalnya MQA itu diganti karena beliau malu karena nama MQA itu ada nama alqodiri, kemudian abah yai menanya balik kepada beliau “kamu ingin nama pondok yang kayak gimana? “ beliaupun menjawab “ saya terserah yai aja” kemudian abah yai berkata kepada beliau “ngga, kamu punya nama apa yang dipersiapkan” dan beliau pun teringat julukan nama pondok dulu daur ulang, beliau ingin pondoknya ada kata “DU” akan tetapi yang artinya itu bukan daur ulang dan muncullah nama “Darul Ulum” dan beliau ingat bahwa abah yai itu kalau mau mendirikan pondok abah yai ingin pondok tersebut ada kata alqur’annya dan beliau memutuskan untuk membuat nama Darul Ulum al-Qur’aniyah dan nama tersebut di pakai untuk pondok beliau sampai sekarang ini.
Awal mula berdirinya pondok maduqu itu ketika Al-Ustad Abdul Qodir hendak mendirikan rumah beliau, beliaupun mengundang guru beliau yaitu Al Habib Baghir bin Sholeh Mauladdawilah dan KH Muhammad Basori Alwi Murtadho untuk didoakan oleh beliau dengan mengharapkan keberkahan dari guru-gurunya.
Kemudian Abah yai ( KH Basori Alwi ) mengatakan dan mendoakan untuk rumah itu agar dibangunkan sebuah pondok. kemudian Ustad Abdul Qodir mengaminkan doa dari gurunya tersebut, yang aslinya beliau itu tidak mempunyai keinginan sama sekali untuk mendirikan sebuah pondok pesantren, akan tetapi beliau tetap mengaminkan doa dari gurunya tersebut karena sebagai bentuk rasa taqdim (taat) beliau terhadap gurunya tersebut.
Akan tetapi karna faktor biaya, pembangunan tersebut terhenti dan dilanjutkan kembali pada tahun 2009, dan rumah tersebut beliau tempati meskipun pembangunannya belum seratus persen selesai, sebelum beliau menempati rumah tersebut, beliau memutuskan untuk sowan kepada guru beliau (KH Basori Alwi) dan sekaligus meminta nama kepada guru beliau untuk Majelis Ta’lim yang ingin beliau dirikan, atas usulan dari guru beliau yaitu KH Luthfi Basori sekaligus ingin pamit boyong kepada guru beliau. Setelah sowan kepada abah yai, abah yai mengatakan kepada beliau “ tak jenengi pondok ae”, saat itu ustad qodir tidak percaya diri dan berkata kepada abah yai “mboten enten santrine yai” kemudian abah yai mengatakan “ gelem nggak awakmu tak dungakno”, sebagai santri beliau langsung mengiyakan perihal tersebut, abah yai langsung mendoakan beliau agar membangun pesantren.
Dan beliau juga meminta doa kepada warga dan kerabat beliau saat peresmian rumah itu, pada saat peresmian tersebut abah yai mengatakan kepada masyarakat bahwasanya dirumah tersebut akan di bangun sebuah pesantren sekaligus memberi nama pesantren tersebut dengan nama pesantren ma’hadil qur’an al-qodiri yang disingkat MQA, setelah peresmian tersebut ada santri yang yang dikeluarkan dari PIQ (Pesanten Ilmu al Quran) dan mendaftarkan dirinya ke MQA dan saat itu beliau mempunyai satu santri yang tetap dan 3 santri sementara yang diskors dari PIQ, karena tidak ada kamar santri beliau dititipkan sama beliau kepada mertua beliau yang jarak rumah mertua beliau sama pondok kurang lebih sekitar 200 meter.
Dan pondok tersebut berjalan mulai 2009, kemudian pada saat itu terbangunlah satu kamar di pondok tersebut, yang awalnya beliau ingin membangun sarang walet akan tetapi allah bekehendak lain karena walet tidak pernah singgah disana dan akhirnya sarang walet itu baliau bongkar dan baliau mengganti sarang walet itu dengan 1 kamar yang dibuat untuk santri tempati, kamar tersebut berukur kurang lebih lebarnya 2.5 meter dan panjangnya 4 meter yang dapat menampung 6 orang santri.
Pondok MQA itu dulunya dibuat untuk santri yang bermasalah yang harus di keluarkan sementara atau bahkan dikeluarkan secara permanen dari pondoknya yang dulu, beliau berfokus untuk memperbaiki santri yang bermasalah tersebut agar berguna dan dapat menjadi orang yang bermanfaat ketika santri tersebut terjun ke masyarakat dan pondok MQA dulu mendapat julukan pondok daur ulang karena banyak alumni dari MQA itu yang awalnya anaknya itu bermasalah itu sekarang sudah bisa berangkat atau meneruskan pendidikannya ke luar negri.
Dan pondok itu berjalan mulai 2009 sampai 2015, pada saat itu beliau berkeinginan membangun pondok yang lebih serius karena beliau dapat hibah tanah dari mertua beliau untuk dibangunkan sebuah pesantren, tanah tersebut bertempat disebelah rumah beliau persis yang panjangnya kurang lebih 26 meter dan lebarnya 5 meter persegi, pada saat mau membangun pesantren beliau bingung karena beliau ada keinginan untuk umroh, beli mobil dan bangun pesantren, dan walhasil beliau memutuskan untuk membangun sebuah pesantren, beliau memulai membangun pesantren pada tahun 2017 dan pesantren pun jadi akan tetapi bangunannya belum jadi sepenuhnya sehingga disana beliau cuman membangun aula dan kamar mandi saja.
Pada saat itu beliau masih mempunyai 2 santri saja, ketika peresmian pondok beliau kembali mengundang gurunya yaitu abah yai untuk meresmikan pondok tersebut dan meminta agar nama pondok yang awalnya MQA itu diganti karena beliau malu karena nama MQA itu ada nama alqodiri, kemudian abah yai menanya balik kepada beliau “kamu ingin nama pondok yang kayak gimana? “ beliaupun menjawab “ saya terserah yai aja” kemudian abah yai berkata kepada beliau “ngga, kamu punya nama apa yang dipersiapkan” dan beliau pun teringat julukan nama pondok dulu daur ulang, beliau ingin pondoknya ada kata “DU” akan tetapi yang artinya itu bukan daur ulang dan muncullah nama “Darul Ulum” dan beliau ingat bahwa abah yai itu kalau mau mendirikan pondok abah yai ingin pondok tersebut ada kata alqur’annya dan beliau memutuskan untuk membuat nama Darul Ulum al-Qur’aniyah dan nama tersebut di pakai untuk pondok beliau sampai sekarang ini.